Kondisi yang menyebabkan terjadinya Limfedema Primer antara lain :
1) Berkurangnya jumlah Lymphatic Collectors (organ pengumpul cairan getah bening) serta berkurangnya diameter pembuluh getah bening yang ada (hypoplasia);
2) Meningkatnya diameter Lymphatic Collectors (hyperplasia);
3) Ketiadaan komponen-komponen sistem limfatik (aplasia);
4) Fibrosis pada kelenjar getah bening area inguinal (pangkal paha-selangkangan) (Kinmonth syndrome).
Berdasarkan waktu kemunculannya gejala (onset), Limfedema Primer dibagi ke dalam tiga kategori, antara lain :
1) Limfedema Herediter Kongenital, yaitu limfedema yang gejalanya muncul sejak dilahirkan (Milroy disease).
2) Lymphedema Praecox, yaitu limfedema yang gejalanya muncul di awal usia pubertas (Meige disease).
3) Lymphedema Tarda, yaitu limfedema yang gejalanya muncul setelah usia dewasa (biasanya setelah usia 35 tahun)..
Pada artikel yang ditulis oleh Joseph L, Feldman, MD di website NORD (National Organization for Rare Disorder) dinyatakan bahwa secara umum perbandingan jumlah penderita limfedema herediter adalah 1 penderita di antara 6000 individu, dengan rasio jumlah penderita wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Dari jumlah tersebut, hampir 80% di antaranya adalah sindrom Meige (Praecox, Limfedema tipe II). Sedangkan Limfedema Milroy (kongenital, limfedema tipe I) tidak diketahui. Namun ada laporan tentang Milroy Disease sebanyak hampir 200 kasus yang sudah dicatat di laporan medis.
Penyebab
Banyak peneliti yang meyakini bahwa limfedema herediter kemungkinan disebabkan oleh adanya mutasi (perubahan) pada salah satu gen-gen yang berbeda (genetic heterogenity).
Pada sebagian besar kasus Limfedema Herediter tipe IA dan tipe II diturunkan sebagai rangkaian kromosom autosomal yang dominan. Yaitu penyakit genetik yang ditentukan oleh kombinasi gen-gen dalam rangkaian tertentu yang diterima dari kromosom si ayah dan si ibu. Untuk terjadi kelainan genetik dominan hanya dibutuhkan satu salinan saja dari sebuah gen abnormal hingga kelainan gejala tersebut muncul. Gen abnormal dapat diturunkan baik dari orangtua ataupun sebagai hasil mutasi baru pada individu yang terkena. Besar resiko diturunkannya gen abnormal dari orangtua yang terkena (pembawa) kepada anaknya adalah 50% pada masing-masing kehamilan tanpa dipengaruhi jenis kelamin si bayi.
Peneliti juga menyatakan bahwa pada beberapa kasus Limfedema Herediter tipe IA (Milroy) terjadi karena mutasi pada gen FLT4 yang mempengaruhi VEGER-3 (Vascular Endothelial Growth Factor Receptor-3). Gen ini terletak di lengan panjang (q) kromosom 5 (5q35.3). Sedangkan Limfedema tipe II (Meige) terjadi karena mutasi gen "forkhead" family transcription factor (FOXC2) yang berlokasi di lengan panjang kromosom 16 (16q24.3).
Catatan
Di dalam nukleus sel terdapat kromosom yang membawa informasi genetik pada masing-masing individu. Sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang saling berpasangan dan diberi nomor dari 1 hingga 22. Adapun kromosom sex ditandai sebagai "x" dan "y". Pada sel manusia laki-laki memiliki satu kromosom sex "x" dan satu kromosom "y". Sedangkan pada sel manusia perempuan memiliki dua kromosom "x".
Masing-masing pasangan kromosom manusia tersebut memiliki satu kromosom berlengan pendek yang disebut "p" dan satu kromosom berlengan panjang yang disebut "q". Kromosom - kromosom tersebut selanjutnya dibagi ke dalam banyak kelompok yang bernomor.
Sebagai contoh : Kromosom 5q35.3 merujuk ke kelompok 35.3 pada lengan panjang (q) dari kromosom 5.
Pemberian nomor pada kelompok tersebut menspesifikasi lokasi dari ribuan gen yang ada di masing-masing kromosom.
Sumber : NORD (National Organization for Rare Disorder).
Referensi :
Lymphedema: A Primer on the Identification and Management of a Chronic Condition in Oncologic Treatment. Brian D. Lawenda, MD; Tammy E. Mondry, DPT, MSRS, CLT-LANA; Peter A. S. Johnstone, MD3