Dalam praktik klinis, terdapat dua kategori kontraindikasi yang harus dipertimbangkan secara seksama sebelum memutuskan untuk memberikan terapi MLD kepada pasien: kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi absolut merupakan kondisi di mana terapi MLD sama sekali tidak boleh dilakukan karena berpotensi membahayakan pasien. Sementara itu, kontraindikasi relatif adalah kondisi di mana terapi MLD masih dapat dipertimbangkan dengan modifikasi teknik, area aplikasi, durasi, dan tekanan, serta dengan pemantauan ketat terhadap respons pasien.
Kontraindikasi Absolut
Terdapat dua kondisi utama yang termasuk dalam kontraindikasi absolut untuk terapi MLD:
1. Semua Penyakit tentang Keganasan (Kanker/Tumor yang Belum Dilakukan Radiasi/Kemoterapi)
Keganasan, baik berupa kanker maupun tumor yang belum menjalani terapi radiasi atau kemoterapi, merupakan kontraindikasi absolut untuk MLD. Alasan utama di balik kontraindikasi ini adalah potensi penyebaran sel-sel ganas (metastasis) melalui sistem limfatik.
Sistem limfatik berfungsi sebagai jalur transportasi cairan dan sel di seluruh tubuh. Dalam kondisi keganasan, sel-sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan memasuki sistem limfatik. Secara normal, nodus limfe berperan sebagai filter yang mencoba menghancurkan sel-sel abnormal ini. Namun, pada kasus keganasan yang belum ditangani, juPmlah sel kanker yang masuk ke sistem limfatik bisa sangat banyak, melebihi kapasitas sistem kekebalan tubuh untuk mengeliminasinya.
Teknik MLD yang bertujuan untuk meningkatkan aliran limfe dikhawatirkan dapat mempercepat pergerakan sel-sel kanker melalui pembuluh limfe dan mendorongnya melewati nodus limfe yang mungkin kewalahan. Akibatnya, sel-sel kanker berpotensi memasuki aliran darah dan menyebar ke organ dan jaringan tubuh yang jauh, mempercepat proses metastasis dan memperburuk prognosis pasien.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa pada kasus kanker yang telah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi, pertimbangan untuk memberikan MLD dapat berbeda dan memerlukan evaluasi yang cermat oleh tim medis yang terdiri dari onkolog dan terapis limfatik yang berpengalaman. MLD terkadang dapat bermanfaat dalam mengatasi efek samping terapi kanker seperti limfedema sekunder akibat diseksi kelenjar getah bening. Namun, keputusan ini harus diambil berdasarkan penilaian risiko dan manfaat yang teliti untuk setiap individu pasien.
2. Semua Penyakit yang Merupakan Inflamasi Akut (Influenza, Infeksi, dll)
Inflamasi akut, seperti yang terjadi pada infeksi bakteri atau virus (misalnya influenza), juga merupakan kontraindikasi absolut untuk terapi MLD. Alasan utama di balik kontraindikasi ini adalah potensi penyebaran patogen (bakteri atau virus) ke seluruh tubuh melalui sistem limfatik.
Ketika tubuh mengalami infeksi akut, sistem kekebalan tubuh bekerja keras untuk melawan patogen di lokasi infeksi. Patogen dan produk sampingan inflamasi dapat masuk ke dalam sistem limfatik. Nodus limfe berperan penting dalam menyaring dan menghancurkan patogen ini. Namun, dalam kondisi infeksi akut, beban patogen yang masuk ke sistem limfatik bisa sangat tinggi, dan sistem kekebalan tubuh mungkin sedang dalam kondisi yang tertekan atau kewalahan.
Terapi MLD yang meningkatkan aliran limfe dikhawatirkan dapat mendorong patogen dan produk inflamasi secara cepat melalui sistem limfatik dan melewati nodus limfe yang mungkin tidak mampu mengatasi beban tersebut. Hal ini berpotensi menyebabkan penyebaran infeksi ke area tubuh lain melalui aliran darah (sepsis), yang merupakan kondisi yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Oleh karena itu, terapi MLD harus ditunda hingga infeksi akut mereda dan kondisi umum pasien membaik. Setelah fase akut terlewati dan tidak ada tanda-tanda infeksi aktif, terapi MLD mungkin dapat dipertimbangkan untuk membantu mengurangi pembengkakan dan memfasilitasi pemulihan jaringan, dengan catatan dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan profesional.
Kontraindikasi Relatif
Kontraindikasi relatif adalah kondisi di mana terapi MLD masih dapat dipertimbangkan, namun memerlukan pertimbangan yang cermat, modifikasi teknik, dan pemantauan ketat terhadap respons pasien. Beberapa kondisi yang termasuk dalam kontraindikasi relatif antara lain:
1. Thrombosis yang Baru Terjadi
Thrombosis, atau pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah, yang baru terjadi merupakan kontraindikasi relatif untuk terapi MLD. Risiko utama pada kondisi ini adalah potensi terlepasnya bekuan darah (embolus) akibat manipulasi jaringan selama terapi MLD, yang dapat menyebabkan emboli paru atau komplikasi serius lainnya.
Meskipun demikian, terapi MLD dapat dipertimbangkan dengan syarat penerapannya dilakukan dengan sangat hati-hati dan dengan teknik yang dimodifikasi. Terapis harus memastikan bahwa tekanan yang diberikan sangat ringan dan tidak menimbulkan tekanan langsung pada area di sekitar bekuan darah. Terapi harus dilakukan secara menyeluruh (tidak setengah-setengah atau hanya pada bagian tertentu) untuk menghindari penumpukan cairan limfe di area lain yang dapat memperburuk kondisi. Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda emboli atau perubahan kondisi pasien selama dan setelah terapi sangat penting. Keputusan untuk memberikan MLD pada pasien dengan trombosis yang baru terjadi sebaiknya diambil melalui konsultasi dengan dokter yang menangani kondisi tersebut.
2. Tiroid yang Mengalami Hiperaktifitas (Hipertiroidisme)
Hipertiroidisme, atau kondisi di mana kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan, merupakan kontraindikasi relatif untuk terapi MLD. Risiko utama pada kondisi ini adalah potensi stimulasi lebih lanjut pada kelenjar tiroid akibat manipulasi di area leher, yang dapat memperburuk gejala hipertiroidisme seperti peningkatan denyut jantung, kecemasan, dan tremor.
Dalam penerapan teknik MLD pada pasien dengan hipertiroidisme, area kelenjar tiroid harus dihindari sepenuhnya. Teknik "Profundus terminus," yang biasanya melibatkan manipulasi di area leher bagian depan, harus diganti dengan "Occiput Terminus," yang fokus pada area oksipital (belakang kepala). Selain itu, durasi terapi MLD juga perlu dipersingkat untuk meminimalkan potensi stimulasi pada kelenjar tiroid. Pemantauan ketat terhadap respons pasien dan konsultasi dengan endokrinolog sangat dianjurkan sebelum dan selama pemberian terapi MLD.
3. Asma Bronchial
Asma bronchial, kondisi pernapasan kronis yang ditandai dengan penyempitan saluran napas, merupakan kontraindikasi relatif untuk terapi MLD. Serangan asma seringkali dipicu oleh aktivasi saraf vagus, yang dapat terjadi akibat berbagai rangsangan, termasuk manipulasi fisik. Dikhawatirkan bahwa penerapan MLD, terutama di area dada dan leher, dapat memicu serangan asma pada pasien yang rentan.
Oleh karena itu, terapi MLD pada pasien dengan asma bronchial harus diberikan dengan sangat hati-hati dan hanya pada saat pasien tidak sedang mengalami serangan asma (jeda di antara serangan). Durasi terapi harus singkat, dan frekuensi pemberian dapat ditingkatkan menjadi setidaknya dua kali sehari dengan pemantauan ketat terhadap kondisi pernapasan pasien. Terapis harus memiliki pemahaman yang baik tentang pemicu asma pasien dan menghindari area-area yang berpotensi memicu serangan. Komunikasi yang baik antara terapis, pasien, dan dokter yang menangani asma sangat penting.
4. Edema (Bengkak) yang Diakibatkan Menurunnya Kondisi Jantung (Insufisiensi Jantung Sisi Kanan)
Edema atau pembengkakan yang disebabkan oleh insufisiensi jantung sisi kanan (ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif dari tubuh bagian bawah kembali ke jantung) merupakan kontraindikasi relatif untuk terapi MLD. Pada kondisi ini, penumpukan cairan limfe seringkali merupakan konsekuensi dari peningkatan tekanan vena dan bukan masalah primer pada sistem limfatik.
Pemberian MLD secara langsung pada area edema yang disebabkan oleh gagal jantung dapat memperberat beban kerja jantung karena peningkatan aliran cairan kembali ke sirkulasi. Namun, terapi MLD masih dapat dipertimbangkan di area tubuh yang tidak mengalami edema, misalnya di area kepala untuk mengurangi nyeri kepala yang mungkin dialami pasien dengan gagal jantung. Teknik yang digunakan harus sangat lembut, dan respons pasien terhadap terapi harus dipantau dengan cermat. Konsultasi dengan kardiolog sangat penting untuk menentukan apakah MLD aman dan sesuai untuk pasien dengan insufisiensi jantung.
5. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)
Tekanan darah rendah atau hipotensi merupakan kontraindikasi relatif untuk terapi MLD. Manipulasi jaringan selama MLD dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), yang berpotensi menurunkan tekanan darah lebih lanjut dan menyebabkan gejala seperti pusing, lemas, atau bahkan pingsan pada pasien dengan hipotensi.
Pemberian terapi MLD pada pasien dengan tekanan darah rendah dapat dilakukan dengan memulai dari area yang sempit terlebih dahulu dan dengan tekanan yang sangat ringan. Seiring berjalannya waktu dan dengan pemantauan respons pasien, area pemberian MLD dapat diperluas secara bertahap. Penting untuk memastikan bahwa pasien merasa nyaman selama terapi dan tidak mengalami gejala hipotensi. Terapis juga perlu memberikan edukasi kepada pasien tentang kemungkinan terjadinya hipotensi pasca terapi dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.
6. Pasien yang Menjalani Transplantasi Organ
Pasien yang menjalani transplantasi organ memerlukan pertimbangan khusus dalam pemberian terapi MLD. Sistem kekebalan tubuh pasien transplantasi ditekan dengan obat-obatan imunosupresan untuk mencegah penolakan organ. Kondisi ini membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi.
Prinsip utama dalam memberikan terapi MLD kepada pasien transplantasi organ adalah "pasien seharusnya merasa nyaman." Terapi harus dilakukan dengan sangat lembut dan respons pasien harus dipantau dengan sangat cermat. Jika pasien merasa tidak nyaman di dalam tubuhnya (misalnya, merasa tidak enak badan, demam, atau gejala infeksi lainnya), pemberian terapi MLD harus segera dihentikan. Komunikasi yang erat antara terapis, pasien, dan tim medis yang menangani transplantasi sangat penting untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan pasien.
Kesimpulan
Manual Lymph Drainage adalah teknik terapi yang berpotensi memberikan manfaat yang signifikan dalam berbagai kondisi kesehatan. Namun, pemahaman yang mendalam tentang kontraindikasi absolut dan relatif sangat penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas terapi. Keputusan untuk menerapkan MLD harus didasarkan pada evaluasi menyeluruh terhadap kondisi pasien, pemahaman tentang mekanisme penyakit, dan potensi efek terapi. Dalam kasus kontraindikasi relatif, modifikasi teknik, area aplikasi, durasi, dan tekanan, serta pemantauan ketat terhadap respons pasien, menjadi kunci keberhasilan dan keamanan terapi. Kolaborasi yang baik antara terapis, pasien, dan tenaga medis lainnya sangat penting dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan terapi MLD.
Referensi:
Foundations of Manual Lymph Drainage. (n.d.). Amazon.sg. Retrieved from https://www.amazon.sg/dp/0323030645/ref=cm_sw_r_cp_apa_i_L4MYDbE6EKK9V